12.30.2009


Sejauh ini obyek wisata yang ditawarkan oleh pemerintah kota Pekalongan hanya Pantai Pasir Kencana dan Water World, Pantai Slamaran Indah, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP), Mall (Sri Ratu, Dupan Mall, Matahari, Borobudur dan Sri Ratu Mega Centre), Grosir Batik, Sedekah Laut (Nyadran), Simtudh Duror dan Samproh (http://bappeda.kotapekalongan.go.id).

Empat yang disebut pertama adalah wisata alam, sedangkan yang nomor lima (mall) adalah wisata belanja, sedangkan tiga yang terakhir adalah wisata budaya/kesenian yang hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Adapun sasaran wisatawannya pun lebih pada wisatawan domestik, karena untuk menjangkau wisatawan asing, Pemerintah Kota Pekalongan harus memiliki strategi lain yang lebih mengena pada sasaran. Sedangkan arsitektur masa lalu yang selama ini mewarnai dan menjadi bukti sejarah perkembangan kota Pekalongan, belum pernah dilirik untuk dikembangkan menjadi obyek pariwisata.
Pada tahun 2005 Pemerintah Kota Pekalongan membuat terobosan baru dengan diresmikannya Museum Batik oleh Presiden RI Susilo BambangYudoyono. Sebelumnya museum tersebut memang sudah ada, hanya saja belum representatif sebagai museum baik dalam hal gedung yang digunakan maupun jumlah koleksi yang disajikan. Keberadaan museum yang representatif ini merupakan awal yang bagus, selain semakin menonjolkan kedudukan Pekalongan sebagai Kota Batik, juga bentuk kepedulian pada bangunan lama yang menjadi wadah Museum Batik, dimana bangunan lama bergaya art deco tersebut tidak mengalami perubahan tampilannya meskipun sebelumnya dilakukan renovasi. Renovasi yang dilakukan justru untuk menguatkan kehadiran bangunan lama itu sebagai warisan budaya yang harus dipelihara kelestariannya. Bangunan yang dimaksud adalah eks gedung Balai Kota.

Adanya alternatif obyek wisata baru berupa Museum Batik dengan menggunakan bangunan lama yang representatif, sesungguhnya adalah angin segar yang menandakan bahwa Pemerintah Kota Pekalongan tidak seratus persen mengabaikan keberadaan bangunan-bangunan lama yang ada di wilayahnya. Hanya saja potensi itu belum digali dengan maksimal, padahal hal itu memiliki potensi ekonomi tinggi jika dikelola dengan sungguh-sungguh. Kesadaran pada potensi ini pada akhirnya akan berdampak pada sikap memelihara dan merawatnya dengan baik, selain itu apabila akan mengadakan renovasi, tetap memegang teguh pakem yang seharusnya dipatuhi agar bangunan lama tampil sebagaimana aslinya. Pengembangan alternatif obyek wisata di kota Pekalongan dapat bertitik tolak dari nilai-nilai kesejarahan yang dimiliki oleh kota ini, dalam hal ini adalah memberdayakan eksistensi jejak budaya arsitektur masalalu.


Kelurahan Sugihwaras, sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, adalah salah satu yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang lebih bermuatan cultural tourism. Banyak hal bisa diperoleh di wilayah ini, selain merupakan bagian dari sejarah Pekalongan itu sendiri, lingkungan masyarakatnya yang sebagiannya adalah etnis keturunan Arab sehingga memiliki budaya yang spesifik, juga tampilan bangunan-bangunan lama yang memberikan nuansa kesejarahan dan romantisme bagi yang melihatnya. Paket wisata dengan menawarkan suatu kawasan bersejarah sehingga wisatawan dapat menikmati suasana ruang yang terbentuk oleh proses perkembangan kota dari masa lalu ke masa kini, adalah paket wisata yang sangat diminati oleh wisatawan mancanegara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan, pada pasal 22 no 2 tentang peremajaan bagian kawasan perkotaan tidak diperkenankan menghilangkan nilai-nilai sejarah bangunan, arsitektur dan budaya. Sejalan dengan peraturan tersebut maka sekarang inilah saat yang tepat bagi Pemerintah Kota Pekalongan untuk memberikan perhatian lebih pada jejak budaya arsitektur masa lalu. Dinamika yang terjadi pada suatu kota seiring dengan perkembangan jaman pasti akan terjadi, baik dalam hal jumlah masyarakatnya maunpun fasilitas-fasilitas yang mewadahi. Jangan sampai terjadi bahwa dengan mengatasnamakan demi tujuan tersebut maka hal-hal yang terkait dengan nilai-nilai kesejarahan kota hilang musnah digerus oleh jaman. Jika hal ini terjadi maka tidak akan lagi ada yang tersisa bagi generasi mendatang, selain hanya cerita !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar